Rontgen Sebelum Operasi |
Rontgen Sebelum Operasi |
Rontgen Sesudah Operasi |
Sehari Sebelum Pulang, Smile... |
Perjalanan menuju operasi ini baru ku mulai tahun 2011 saat
usiaku 26 tahun. November 2011, barulah aku bertemu dengan dr. I Ketut Suyasa,
Sp.OT(K)Spine di Denpasar atas dukungan teman-temanku di instansi kesehatan. Hasil
rontgen juga semakin mendukung keparahan derajat skoliosisku yang membuat semua
orang geleng-geleng kepala termasuk diriku sendiri..hehe.. Pilihan yang
diberikan oleh dokter hanya satu yaitu operasi. Mengenai hal ini juga sudah
kuceritakan di tulisan blogku sebelumnya.
Karena mahalnya biaya operasi dan berpikir mengenai
resikonya membuatku berhenti untuk memikirkan skoliosis ini. Sampai setahun
lamanya aku sudah tidak ambil pusing mengenai skoliosis ini. Hingga akhir tahun
2012, aku menemukan sebuah buku yang berjudul Program Pencegahan dan
Penyembuhan Skoliosis untuk Anda yang kemudian aku beli melalui situs
Amazon.com. Dalam buku tersebut dijelaskan diantaranya mengenai asupan nutrisi
dan program latihan untuk penyandang skoliosis. Sempat ku praktekkan sebentar
dan akhirnya aku merasa putus asa mengingat kondisi skoliosisku yang parah.
Padahal alasan sebenarnya adalah aku malas berolahraga..hehe..
Hingga akhirnya di awal tahun 2013, aku diajak oleh mbak
Wilan untuk menemui kakaknya yang merupakan seorang dokter ortopedi. Awal Maret
2013, aku bertemu dengan dr. Anggi, Sp.OT di RSOT Surabaya. Disini aku mendapat
penjelasan panjang dan lebar mengenai skoliosisku dan dari penjelasan dokter
Anggi aku mulai kembali memikirkan untuk menjalani operasi skoliosis. Saat itu
aku mulai mantap untuk menjalani operasi tapi satu yang kupikirkan, biayanya
dari manaaaaaaaaaaaaa?????????????? (Tanda tanyanya panjang sesuai dengan
betapa mahalnya biaya operasi skoliosis, bagiku lo yaa....). Mengenai resiko
setelah operasi, dengan penjelasan dari dokter Anggi yang begitu lengkap
membuatku rasa takutku jauh berkurang. Terimakasih dokter Anggi...
26 Maret 2013
Aku mulai mencari alternatif rumah sakit pemerintah sehingga
aku bisa memanfaatkan fasilitas Askes yang aku punya sehingga bisa membantu
mengurangi beban biaya yang harus aku tanggung. Pilihan pertama jatuh ke RSCM
karena disana aku bisa menemui dr. Rahyus Salim, Sp.OT(K)Spine yang aku kenal
dari blog yang beliau tulis dan dari Masyarakat Skoliosis Indonesia. Beberapa
kali pula konsultasi dengan beliau melalui email. Akhirnya aku berkesempatan
menemui beliau langsung di RSCM Kencana Jakarta. Penjelasan dari dokter Salim
semakin menguatkan niatku untuk melakukan operasi. Karena bila tidak, maka
derajat skoliosisku akan semakin bertambah dari tahun ke tahun. Dengan operasi,
selain mengurangi derajat skoliosisku juga akan menyetop pertumbuhannya.
Kemudian aku dipertemukan dengan dokter Pram, asisten dokter Salim untuk
bertanya segala sesuatu mengenai operasi. Aku juga menemui pihak askes RSCM
bertanya bagaimana alur agar aku bisa operasi disana. Tetap aku harus mendapat
rujukan dari Denpasar karena kartu askesku adalah askes Denpasar. Walaupun
mempunyai askes, aku tetap harus menyiapkan dana yang tidak sedikit untuk biaya
implan yang akan ditanam di punggungku karena tidak ditanggung oleh askes.
April 2013
Bulan April merupakan bulan dimana aku wara wiri demi
mencari dana dan mencari rujukan askes. Rujukan dari Puskesmas dan RSUD dengan
mudahnya aku dapatkan untuk kemudian dibawa ke RSUP Sanglah Denpasar. Sekarang
pilihannya menjadi apakah operasi di Denpasar, Surabaya, Jakarta atau Malang?
Akhirnya pilihannya kembali pada keluarga besar. Karena ini adalah operasi
besar, otomatis harus ada dukungan dari keluarga besar. Dan karena keluarga
besarku ada di Malang, akhirnya pilihan terakhir jatuh di Malang. Dengan
bantuan dr. I Ketut Suyasa, Sp.OT(K)Spine, akhirnya aku mendapat rujukan ke
RSUD Syaiful Anwar Malang dengan dr. Syaifullah Asmiragani, Sp.OT(K)Spine.
Mei 2013
Awal Mei aku mulai mengurus ijin cuti untuk pulang ke Malang
demi menjalani operasi skoliosis. Dengan dukungan penuh dari teman-teman kerja
akhirnya dengan mantap aku pulang ke Malang. Sebelum menuju RSUD Syaiful Anwar
Malang, aku bertemu dengan Pak Restu yang merupakan perawat anastesi di RSSA.
Pak Restu inilah yang membantu segala proses sebelum menuju operasi termasuk
menguruskan prosedur askes dan mengantar ke tempat-tempat cek up di RSSA.
14 Mei 2013
Dengan diantar kakak, aku bertemu dengan dokter Syaiful di
paviliun GPH RSSA. Ketika aku masuk, dokter Syaiful sudah memegang hasil
rontgen pertamaku yang sudah dibawakan oleh Pak Restu.
Aku :
“Pagi dok..”
dr. Syaiful :
“Wah..akhirnya ketemu juga nih setelah sebelumnya cuma ketemu di facebook..”
Aku :
“Hehe..iya dok..”
dr. Syaiful :
“Waduh..kenapa baru sekarang nih, sudah berat sekali ini..” (sambil melihat
foto rontgen)
Aku :
“Hehe..”
dr. Syaiful :
“Mau operasi?”
Aku :
“Iya mau..”
dr. Syaiful :
“Coba saya lihat dulu ya..”
Begitulah sekelumit percakapan awal dengan dokter Syaiful
yang kemudian berlanjut dengan pemeriksaan tulang punggungku hingga akhirnya
dokter Syaiful berujar bahwa tulangku sudah kaku dan ini merupakan kasus
terberat yang pernah beliau tangani. Kemudian beliau memberi rujukan untuk
periksa fungsi paru dan rontgen ulang serta memberi rujukan untuk ngamar agar
bisa segera dilaksanakan operasi.
16 Mei 2013
Hari ini aku membuat janji dengan dokter Putu spesialis paru
untuk tes fungsi paru. Dari hasil tes dengan cara meniup pada sebuah alat tes
fungsi paru, ternyata hasil tes fungsi paruku hanya setengah dari nilai normal.
Kesimpulan yang diperoleh adalah fungsi paruku hanya 51%. Dari nilai tersebut,
resiko untuk operasi tulang belakang adalah kecil menuju sedang. Setelah
selesai tes fungsi paru, aku menuju ruang askes RSSA untuk mengurus prosedur
askes. Semua yang kujalani hari ini diantar dan dibantu oleh Pak Restu.
Semuanya jadi mudah dan lancar, Alhamdulillah..
17 Mei 2013
Setelah mendapat hasil rontgen terbaru dan hasil tes fungsi
paru, aku bertemu lagi dengan dokter Syaiful. Melihat hasil tes fungsi paruku,
beliau langsung mengatakan ok dan memberi surat rujukan untuk ngamar di RS.
Dari sini, kembali kegalauan melanda, aku bingung harus memilih kamar yang mana
karena kamar juga menentukan biaya operasi. Dengan berbagai pertimbangan dan
beberapa saran dari Pak Restu dan juga keluarga akhirnya beberapa hari kemudian
aku mantap memilih kamar di ruang melati paviliun Graha Puspa Husada RSSA. Tapi
aku belum langsung memesan kamar karena masih ingin memohon petunjuk dulu dari
Yang Maha Kuasa semoga dipilihkan jalan yang terbaik.
21 Mei 2013
Akhirnya hari Selasa ini, aku baru mendapatkan kamar di
paviliun karena disini banyak sekali antrian yang akan masuk sehingga untuk
bisa ngamar harus booking terlebih dahulu. Sempat berpikir, hmm..pesen kamar
rumah sakit seperti pesen kamar hotel. Tapi, memang di paviliun sini istilahnya
adalah swastanya RSSA tapi masih bisa menggunakan fasilitas askes. Masuk ke
kamar terima, aku langsung diukur tinggi, berat badan, tes jantung, cek darah
dan rontgen torax. Setelah itu aku langsung diantar ke kamar 313 ruang melati.
Hhh..bingung juga pas sudah di kamar, mau ngapain? Kan aku masih sehat
wal’afiat. Tapi tak lama kemudian datanglah perawat yang memasangkan tempat
suntik di tanganku yang aw..aw..aw..sakit sih tapi sedikit. Kemudian datanglah
dokter Syaiful yang mengatakan bahwa operasiku dijadwalkan hari Jumat setelah
sholat Jumat dan mengatakan pada perawat suntikan apa saja yang perlu diberikan
padaku mulai hari ini. Jadi mulai hari ini sebelum operasi, rutin setiap pagi
dan sore aku mendapatkan suntikan vitamin C dan vitamin K. Selebihnya aku masih
bisa jalan-jalan keliling paviliun sambil menunggu jadwal operasi.
22 Mei 2013
Hari ini ada jadwal MRI. Nah, MRI inilah yang membuatku
terpaksa melepas kawat gigi yang baru terpasang di gigi ini selama 6 bulan.
Padahal seharusnya kawat gigi ini masih harus menempel di gigi ini selama 1,5
tahun lagi. Tapi apa daya, demi sebuah operasi skoliosis, aku harus rela
melepaskan kawat gigi ini walaupun dengan sedikit berat hati mengingat biaya
pemasangannya..hiks..hiks.. Aku sudah melepas kawat gigi ini setelah bertemu
dokter Syaiful pertama kali. Aku kembali bertanya kepada beliau untuk
meyakinkan apakah memang kawat gigi ini harus dilepas?? Tentu saya beliau
menjawab ya, karena MRI menggunakan medan magnet yang dapat menarik semua
logam. Bisa-bisa gigiku terlempar keluar semua...aw..aw..aw.. Saat itu akhirnya
aku mencari dokter gigi spesialis orthodonti untuk melepaskan bracket yang udah
terlanjur menempel di gigi ini selama 6 bulan. Bersyukur akhirnya aku bertemu
dengan drg. Masita. Dengan menjelaskan keadaanku yang harus dioperasi
secepatnya dan harus melepas bracket ini karena harus MRI dan aku tidak mungkin
kembali ke Denpasar hanya untuk sekedar melepas bracket akhirnya beliau
bersedia melepaskan bracketku dan membuatkanku retainer agar gigiku tidak
kembali berantakan karena proses pergeseran gigi masih berlangsung.
Kembali ke proses MRI. Setelah meyakinkan bahwa aku tidak
memakai logam sama sekali di tubuh, petugas MRI mulai menyuruhku berbaring,
menata tubuhku sedemikian rupa dan menyelimuti tubuhku dengan selimut tebal dan
memasang headset di telingaku. Tak lama kemudian masuklah tubuhku secara
perlahan-lahan ke dalam lorong MRI. Aku merasa lamaaaaaaaaa sekali di dalam
lorong sampai tulang-tulangku terasa sakit. Aku tidak begitu memperhatikan
berapa jam aku ada di dalam lorong MRI. Tapi aku ingat ketika keluar dari kamar
dan diantar perawat menuju ruang MRI, saat itu jam menunjukkan pukul 08.30 dan
ketika aku kembali ke kamar, waktu sudah menunjukkan pukul 11.30. Wow...selama
itukah berarti aku berada di ruang MRI?
23 Mei 2013
Hari ini hari terakhir aku bebas sebelum operasi. Sebelum
operasi, aku ingin menikmati hari ini dengan berjalan-jalan dengan sepupuku
sambil membeli es krim. Tepat ketika aku sampai di depan pintu sebelum
melangkahkan kaki keluar kamar, dokter Syaiful sudah muncul di hadapanku.
Beliau mengingatkan bahwa besok jadwal operasiku sekitar pukul 13.00 WIB. Aku
bertanya, apa ada hal-hal yang mungkin perlu saya persiapkan dok? Beliau
menjawab dengan simpel, banyak-banyak berdoa. Sore harinya, dr. Rudi Hartono, Sp.An
datang ke kamar dan memperkenalkan diri bahwa beliau yang akan bertindak
sebagai dokter anastesiku besok dan bertanya serta menjelaskan beberapa hal
terkait prosedur anastesi pada operasiku besok.
24 Mei 2013
Teng..teng..teng..tak terasa tibalah jadwal operasi.
Pagi-pagi setelah memberikan suntikan rutin, perawat menyuruhku segera mandi
karena akan segera dipasang infus. Pukul 07.00 aku sudah mulai berpuasa.
Rasanya waktu berjalan sangat singkat hingga akhirnya pukul 12.30 aku di tes
alergi dan diberikan suntikan antibiotik kemudian disuruh berganti pakaian
operasi. Pukul 13.00, perawat yang akan mengantarku ke ruang operasi sudah tiba
sambil membawa kursi roda. Sepanjang perjalanan menuju ruang operasi, badanku
panas dingin sambil bibirku terus mengucap dzikir dan doa. Sampai di dalam
kamar operasi, aku sudah tidak sempat menghitung berapa banyak orang yang ada
disana. Semua sudah menggunakan masker dan penutup kepala. Rasanya banyak
sekali dokter-dokter yang ada disana. Aku juga sempat melihat beberapa di
antara mereka memasang dan mengamati foto rontgenku. Setelah itu, salah seorang
dokter yang bernama dokter Harun memperkenalkan diri sebagai asisten dokter
Syaiful yang akan membantu proses operasiku. Dokter Harun juga menjelaskan
bahwa nanti aku akan dibangunkan untuk menggerak-gerakkan kakiku. Tepat setelah
itu, aku sama sekali tidak mengingat apapun sampai keesokan harinya. Kemudian
baru aku tau bahwa aku keluar dari ruang operasi pada pukul 22.00 WIB dan
mampir dulu di ruang ICU.
25 Mei 2013
Aku tidak tau pukul berapa ketika aku tepat membuka mata.
Yang ku ingat saat itu aku berada di ruang ICU dan banyak sekali rasanya
alat-alat yang ada di sisiku. Di hidungku juga terpasang selang oksigen. Semua
yang ku lihat serba samar-samar. Kakak iparku datang untuk menyuapiku makan
pagi tapi aku sama sekali tak berselera makan. Aku memaksakan diri untuk
menelan makanan yang masuk ke mulutku dan tak berselang lama semua yang telah
ku telan termuntahkan kembali. Kemudian datang seseorang yang menyuruhku
menggerak-gerakkan kaki dan tanganku. Seseorang itupun hanya samar-samar ku
lihat. Entah itu dokter anastesiku, entah asisten dokter, benar-benar aku tidak
bisa melihat dengan jelas. Semua badanku termasuk mata terasa berat. Siangnya
paklekku datang untuk menyuapiku makan siang dan aku sama sekali tak ingin
makan. Aku takut muntah lagi setelah tadi sudah muntah dua kali. Akhirnya aku
dibuatkan susu tinggi kalori dan protein untuk menggantikan asupan makan
siangku. Itupun hanya mampu ku minum sedikit. Sampai-sampai perawat mengatakan
kepadaku kalau aku tidak mau makan nanti bisa-bisa dipasangkan selang melalui
hidung untuk memasukkan makanan. Kemudian ada perawat yang meminumkan susu
kepadaku sambil menasehati bahwa harus ada asupan makanan yang masuk ke
tubuhku. Akhirnya pukul 14.00, aku sudah dipindahkan ke kamarku semula.
Sampai di kamar, sudah banyak keluarga dan teman-teman yang
menjenguk. Karena kondisiku sangat lemah, aku hampir-hampir tidak bisa
berbicara tapi aku sempatkan untuk menyapa mereka. Selebihnya aku hanya mampu
terdiam sambil merasakan sakit yang mulai terasa di punggung ini.
26 Mei 2013 s/d 3 Juni 2013
Tidak banyak yang bisa kulakukan setelah menjalani operasi selain makan, tidur dan minum obat. Tapi aku merasa hampir tidak bisa tidur karena merasakan sakit yang teramat sangat di punggung. Sempat aku berkata pada perawat ingin dibius lagi karena sangat tidak tahan dengan sakit yang ku rasakan. Kerabat dan para tetangga banyak yang menjengukku di rumah sakit, padahal aku tidak bilang ke para tetangga, keluargapun hanya keluarga dekat yang tau. Senangnya mereka datang, walaupun ketika mereka datang, aku masih terbujur lemah tak berdaya di kasur. Ada satu lagi kejutan untukku, 2 hari pasca operasi seorang sobat dari Masyarakat Skoliosis Indonesia datang menjengukku. Ya, baru hari itu kami bertemu setelah sebelumnya hanya berkomunikasi via fb dan sms. Aku biasa memanggilnya Gluck, sesuai nama yang pertama kali kukenal darinya. Dia datang bersama ayah dan adiknya langsung dari Mojokerto. Tapi sayang kami tidak sempat berfoto bersama, karena hari itu aku masih sangat tidak berdaya menahan sakit dan sama sekali tidak kepikiran untuk mengabadikan momen ini. Baru setelah mereka pulang, terlintaslah di pikiranku kenapa tadi tidak foto bareng. Aaaahhh...selalu saja ingat belakangan. Terimakasih Gluck n fams udah jauh-jauh jengukin aku. Menjadi kekuatan tersendiri dihibur sesama penyandang skoliosis.
Enam hari pasca operasi alat TCO ku sudah jadi dan aku mulai memakainya dan mulai belajar berjalan. Waaahh..bahagianya bangun dari tempat tidur setelah seminggu lamanya hanya bisa berbaring atau duduk di kasur. Setelah dirasa cukup kuat untuk berjalan-jalan, akhirnya hari Senin, 3 Juni 2013 aku diperbolehkan pulang oleh dokter. Walaupun sudah diperbolehkan pulang, tapi aku harus mematuhi saran dokter untuk terus memakai alat penyangga selama 3 bulan dan tidak boleh melakukan aktivitas berat. Welcome home Sofi...
Setelah menjalani operasi banyak perubahan positif yang aku rasakan, diantaranya punggung bagian kiriku yang sebelumnya tertarik ke arah kanan menjadi 'lurus' dan aku tidak harus menahannya lagi dengan tangan ketika duduk, dadaku yang sebelumnya agak membusung sudah berkurang, tonjolan di punggung kanan juga berkurang, dan aku menjadi bertambah tinggi 5 cm. Alhamdulillah...
O iya, hampir lupa, jadi skoliosisku ini disebabkan oleh neurofibromatosis yaitu semacam tumor jinak yang menyerang saraf yang dapat menimbulkan masalah dalam kerangka tubuh, seperti kelainan lengkung tulang belakang (kifoskoliosis), kelainan bentuk tulang iga, pembesaran tulang panjang pada lengan dan tungkai serta kelainan tulang tengkorak dan di sekitar mata.
Begitulah cerita singkat mengenai perjalanan operasi skoliosisku, semoga bisa menjadi referensi buat kalian yang juga sama sepertiku memiliki kelainan di tulang belakang. Seperti yang sudah ku tuliskan di awal, semua yang diciptakan oleh-Nya tidak ada yang sia-sia, begitupula dengan skoliosis yang kita miliki. Maka berusahalah semampu kita tanpa bersedih hati karena segala usaha yang kita lakukan pun pasti tidak ada yang sia-sia. Ayo semangat!!! Walaupun memiliki tulang belakang yang bengkok, bukan berarti kita kurang sempurna dari yang tulang belakangnya lurus, justru kita diberi kelebihan oleh-Nya. Bukankah sesuatu yang langka itu unik?
Enam hari pasca operasi alat TCO ku sudah jadi dan aku mulai memakainya dan mulai belajar berjalan. Waaahh..bahagianya bangun dari tempat tidur setelah seminggu lamanya hanya bisa berbaring atau duduk di kasur. Setelah dirasa cukup kuat untuk berjalan-jalan, akhirnya hari Senin, 3 Juni 2013 aku diperbolehkan pulang oleh dokter. Walaupun sudah diperbolehkan pulang, tapi aku harus mematuhi saran dokter untuk terus memakai alat penyangga selama 3 bulan dan tidak boleh melakukan aktivitas berat. Welcome home Sofi...
Setelah menjalani operasi banyak perubahan positif yang aku rasakan, diantaranya punggung bagian kiriku yang sebelumnya tertarik ke arah kanan menjadi 'lurus' dan aku tidak harus menahannya lagi dengan tangan ketika duduk, dadaku yang sebelumnya agak membusung sudah berkurang, tonjolan di punggung kanan juga berkurang, dan aku menjadi bertambah tinggi 5 cm. Alhamdulillah...
O iya, hampir lupa, jadi skoliosisku ini disebabkan oleh neurofibromatosis yaitu semacam tumor jinak yang menyerang saraf yang dapat menimbulkan masalah dalam kerangka tubuh, seperti kelainan lengkung tulang belakang (kifoskoliosis), kelainan bentuk tulang iga, pembesaran tulang panjang pada lengan dan tungkai serta kelainan tulang tengkorak dan di sekitar mata.
Begitulah cerita singkat mengenai perjalanan operasi skoliosisku, semoga bisa menjadi referensi buat kalian yang juga sama sepertiku memiliki kelainan di tulang belakang. Seperti yang sudah ku tuliskan di awal, semua yang diciptakan oleh-Nya tidak ada yang sia-sia, begitupula dengan skoliosis yang kita miliki. Maka berusahalah semampu kita tanpa bersedih hati karena segala usaha yang kita lakukan pun pasti tidak ada yang sia-sia. Ayo semangat!!! Walaupun memiliki tulang belakang yang bengkok, bukan berarti kita kurang sempurna dari yang tulang belakangnya lurus, justru kita diberi kelebihan oleh-Nya. Bukankah sesuatu yang langka itu unik?