Minggu, 27 Mei 2012

Oh "S"..Cerita Tentangmu Tiada Akhir

Aku bersama bayu & iin
yang setia mengantarku wara-wiri
ke dokter dan RS
Akhir-akhir ini aku tergelitik lagi untuk berselancar di dunia maya dengan keyword "skoliosis". Ternyata aku baru tau bahwa banyak sekali penderita skoliosis yang tersebar di penjuru muka bumi ini...(bahasaku gak nguatin bgt sih..hehe..) dan aku termasuk salah satu yang diberi anugerah skoliosis. Yes, I'm a scolioser.
Mungkin memang sangat terlambat bagiku yang baru concern pada masalah ini saat aku sudah berusia 26 tahun. Aku sudah menyadari bahwa aku berbeda dari yang lain saat aku masuk usia SD. Jadi aku tidak tahu kapan tepatnya aku mulai menyandang skoliosis. Mungkin karena ketidaktahuan orang tua akan masalah ini, jadi mereka tidak begitu mempersoalkan keadaanku. Mereka sangat menyayangiku apa adanya aku seperti ini. Bangganya mempunyai orang tua seperti mereka yang tidak pernah malu mempunyai anak seperti aku. Bahkan mereka selalu bangga memilikiku. Tapi aku tau mereka pun berusaha dengan kemampuan mereka untuk mengatasi masalahku. Orang tuaku bukanlah orang yang berkecukupan yang bisa memeriksakan keadaanku kepada dokter spesialis. Bahkan merekapun mungkin tidak tau nama kelainan yang ku derita.
Tanteku yang pernah ku tanya sejak kapan aku berbeda seperti ini mengatakan bahwa waktu lahir aku normal seperti anak-anak yang lain. Dan karena waktu kecil aku tinggal berbeda pulau dengan tanteku ini, maka beliau pun tidak tau sejak kapan aku jadi seperti ini. Beliau terkejut ketika melihat aku sudah besar dalam keadaan tubuh yang berbeda dari orang normal. Dan aku rasa, semua keluargakupun sampai saat itu belum tau, bahwa kelainan itu bernama skoliosis.
Waktu kecil, entah sejak aku usia berapa, setiap pagi setelah mandi sebelum berpakaian seragam, ibuku rutin memakaikan korset ala ibuku sendiri di badanku. Rasanya sesak, sakit, dan perih. Jujur aku sangat tersiksa. Waktu pulang sekolah adalah saat dimana aku bebas, aku bisa langsung membuka ikatan korsetku. Tapi hal ini hanya berlangsung sampai aku lulus SD. Mungkin ibu juga tak tega melihatku tersiksa walaupun ini juga demi kebaikanku. Dan sekarang aku merindukannya ibu (sampai disini nangis lagi deh ingat ibu...miss u my mom, hope u always happy in there...Aamiin..). Ada pengalaman yang selalu ku kenang sampai saat ini, waktu kelas 5 SD, ada penyuluhan dari Puskesmas yang akan melakukan pemeriksaan kusta. Otomatis setiap anak akan dibuka bajunya untuk memudahkan petugas yang memeriksa. Mengetahui hal itu, aku langsung menangis, bukan karena aku takut, tapi karena aku malu. Aku malu bila orang lain melihat tubuhku ini. Aku malu bila teman2ku melihat korset yang ku pakai setiap hari ini. Aku menangis sejadi-jadinya, sampai teman2ku mengira bahwa aku menangis karena takut disuntik. Temanku langsung melaporkan hal ini pada kakakku yang juga bersekolah di tempat yang sama denganku. Kakakku langsung memberitahukan kepada petugas puskesmas mengenai masalahku. Akhirnya aku diperiksa di balik papan tulis yang tidak bisa dilihat teman2ku. Dan aku menjalani pemeriksaan sambil terisak-isak. Setiap pagi juga sebelum mandi, aku selalu dipaksa ibu untuk bergantungan di palang pintu. Ini juga membuatku tersiksa karena aku tidak suka olahraga dan telapak tanganku sakit setiap melakukannya. Sekarang aku menyesal karena dulu mengerjakannya ogah2an. Maafkan aku ibu..
Tidak sedikit teman yang mempertanyakan keanehanku ini. Namanya juga anak kecil, pasti selalu menanyakan hal yang aneh bagi mereka, walaupun pertanyaan itu membuat sedih dan sakit hati seorang yang ditanya. Bahkan ada pula yang sengaja mengejek. Hal seperti itulah yang ku lewati di masa kecil. Tapi aku tak perduli. Masih banyak hal yang menggembirakanku. Walaupun aku berbeda, tapi aku selalu menduduki juara kelas saat SD, SMP sampai SMA. Hal yang juga sangat menyiksaku waktu jaman sekolah adalah pelajaran olahraga. Aku paling tidak suka dengan olahraga lari. Sedikit saja lari, napasku sudah tersengal2 tidak karuan. Aku juga tidak suka lompat tinggi, karena aku tidak mampu menjangkaunya. Sejak kecil, aku memang selalu paling pendek di antara teman2ku yang lain. Waktu SD, tidak ada teman yang lebih pendek dari aku. Waktu SMP, ada adek kelas yang tingginya sama denganku, dan itu sedikit membuatku terhibur. Tapi ternyata waktu demi waktu berjalan dia tumbuh makin tinggi dan ketika aku bertemu dia waktu SMA, dia jadi sangat tinggi..wow..aku pun terkagum2, sementara aku masih saja pendek. Waktu SMA, ada teman yang tingginya juga hampir sama denganku, tapi dia normal.
Waktu SMA dan kuliah, sudah tidak ada lagi teman yang mempertanyakan keadaan tubuhku yang seperti ini. Aku sangat lega, mereka cukup pengertian. Tapi tetap, aku masih merasa sangat malu untuk memperlihatkan kepada mereka, apalagi di jam2 olahraga yang mengharuskan aku berganti pakaian. Aku selalu berusaha mencari tempat2 yang sangat tersembunyi dimana teman2ku tidak bisa melihatku.
Aku bersyukur, aku bisa melewati kehidupanku dengan normal sampai saat ini. Tersiksa mungkin iya, tapi aku berusaha untuk mengindahkannya. Aku masih bisa beraktifitas sama dengan orang normal yang lain. Intinya dalam hal menjalani kehidupan, aku tidak berbeda dengan yang lain. Mungkin yang agak berbeda adalah aku harus memberi tenaga ekstra pada tubuhku dalam beraktifitas, karena punggung ini seperti menopang beban yang begitu berat. Harus menahan tubuh ini agar bisa duduk, berdiri dan berjalan dengan tegak. Dan aku terkadang sangat lelah. Bila lelahku sudah tak tertahankan, aku seperti ingin menghentak2an punggung ini di tembok, tapi tetap tidak bisa menghilangkan kelelahan yang ku rasakan. Selain itu, terkadang aku merasa ada saraf yang terjepit pada punggung ini bila aku salah posisi sehingga aku susah untuk berbalik ke posisi semula dan aku harus menahan sakit dalam proses mengembalikannya. Terkadang pula aku merasa jantung ini sakit secara tiba2. Dan yang paling aku rasakan adalah aku tidak kuat berlari sedikit saja karena aku langsung terengah2.
Itulah skoliosis, dia bisa mempengaruhi kerja organ dalam menjadi tidak maksimal karena tulang2 rusuk menekan paru2 dan jantung.
Aku mulai kembali memikirkan masalahku ini karena seorang teman kerjaku yang sangat baik hati yang bernama Mbak Endah. Waktu itu, Mbak En mau membantuku memotongkan rambutku dan dia meminta aku membuka bajuku. Jujur aku sangat malu Mbak En...tapi engkau memaksaku. Di saat itulah setelah melihat punggungku, Mbak En mengatakan mungkin aku ini skoliosis. Aku sering mendengar kata skoliosis, karena waktu pelajaran Biologi dulu, ada materi yang membahas kelainan tulang belakang yang bernama lordosis, kifosis dan skoliosis. Bodohnya aku yang tidak pernah berpikir bahwa salah satunya telah hidup bersamaku selama ini. Entahlah, mungkin karena keluarga juga tidak pernah membahas hal ini secara serius, akhirnya akupun pasrah menerima keadaan ini tanpa pernah memeriksakan ke dokter. Semuanya ku terima dengan ikhlas bahwa aku lain dari pada yang lain. Toh, dengan keadaan begini, aku masih bisa berprestasi. Bukan begitu?
Akhirnya aku mulai mencari2 segala sesuatu yang berhubungan dengan skoliosis. Aku mulai bertanya2 dengan dokter Sp.OT mengenai masalahku via internet. Tentu saja dokter tidak bisa memastikan, masih sekedar menduga2, sebelum aku benar2 memeriksakan diri. Nopember 2011, aku menemukan seorang dokter Sp.OT(K) Spine, aku pun langsung berkonsultasi dengan beliau. Belum juga aku masuk ke ruangan, dari jauh, dokter tersebut langsung berkata, "skoliosis ya??"..."Loh, kok tau??"...."Kelihatan dari posturmu..".
Dari hasil pemeriksaan awal, dokter hanya bisa geleng2 kepala melihat skoliosisku yang sudah sangat parah. Beliau marah dan mengatakan kenapa baru sekarang???? Aku hanya bisa tersenyum pahit, "yah...gmn lagi dok...baru sekarang bisanya...setelah bisa cari uang sendiri...," jawabku klise. Dokter langsung memberi surat pengantar untuk melakukan rontgen di tempat yang beliau tunjuk. Di hari yang ditentukan, aku berangkat menuju tempat rontgen, dokter Sp. Rad(K) yang melakukan rontgen padaku sangat sabar dan tidak berkomen apa2, walaupun mungkin beliau miris melihat keadaanku. Yang malah membuatku jengkel adalah sang asisten yang setelah melihat hasil rontgenku langsung berkata dengan nada yang membuatku pengen nangis, "Hah????!!! Apa ini???!!! Tulang kok kayak gini!!!! Meliuk2 kayak ular gak karuan gini????!!!!! Kok bisa sampai separah ini dibiarkan aja??!!!!! kemana aja selama ini???!!!!!"
Dan akupun hanya bisa tersenyum menahan luka di hati....
Temanku yang mengantarku pun juga hanya bisa memandangku dengan penuh iba...(nangis lagi deh...heheheheh..)
Kembali ke dokter Sp.OT(K)Spine sambil membawa hasil rontgen. Benar dugaanku, seketika setelah melihat hasil rontgenku, sang dokter geleng2 kepala dan berkata, "Berat...berat...".
Derajat kemiringanku yang diukur dengan sudut Cobb memang sangat besar. Tertera 3 sudut di hasil pemeriksaanku, dan aku sampai saat ini juga masih belum mengerti itu di bagian yang mana.
Yang jelas pada hasil pemeriksaan rontgenku tertera:
Tampak skoliosis collumna vertebralis thoraco-lumbalis ke kanan.
Sudut Cobb Th 2-L1 posisi A-P = 92 derajat
Sudut Cobb Th 2-L1 posisi bending kanan = 54 derajat
Sudut Cobb Th 2-L1 posisi bending kiri = 102 derajat
"Sudah tidak bisa diapa2kan kecuali dengan jalan operasi, tapi dengan keadaan sperti inipun akan sangat susah, 50% berhasil pun saya tidak berani jamin."
"Dan kalau tidak berhasil, maka resikonya adalah lumpuh, jadi sekarang terserah anda, dipikirkan dulu, mau operasi atau tidak.."
Pengen nangis tapi ku tahan, malu dengan teman yang mengantarku, setelah sampai di kosan, aku pun menangis sejadi-jadinya. Tapi aku segera beristighfar dan mengadukan masalah ini pada Allah SWT. Ya..aku masih punya Allah..selalu ada Dia yang tak pernah melupakanku..
Dari hasil pencarianku di dunia maya, aku pun menemukan banyak sekali teman2 sependeritaan yang juga memiliki skoliosis baik yang sudah menjalani operasi koreksi maupun yang belum. Tapi sangat sedikit yang ku temukan memiliki derajat di atas 100.
Jadi bagi teman2 yang juga skoliosis, tidak perlu bersedih, apalagi bila sudut kalian masih kecil, masih bisa dikoreksi dengan latihan. Turut berbahagia pula melihat teman2 skolioser yang sudah berhasil menjalani operasi koreksi skoliosis. Jangan lupa untuk berbagi pengalaman dengan yang belum dioperasi.
Dan akhirnya satu motivasi untuk menutup tulisan saya ini, yang saya temukan di blog dr. Rahyussalim, kata2 dari seorang Profesor kimia yang juga seorang penyandang skoliosis.
"Galilah potensi Anda dan tonjolkan potensi itu agar Anda bisa melupakan bahwa diri Anda menderita skoliosis."

3 komentar:

  1. Mbak...salam kenal, aku Dina, yang kemarin ditinggalin komen sama mbak. Mbak siapa ini? Aku skolioser dari Malang, mbak orang Malang apa Bali, nih? :-)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai Dina..iya aku udah baca2 bnyak dari blogmu..
      Aku Sofi dari Malang, kerja di Bali..klo aku pulang k Malang ketemuan yuk..

      Hapus
  2. haai ka sofi salam kenal n salam skolioser ;)

    BalasHapus